Sam Bimbo, Testimonial Penggemar untuk Lagu ‘Tuhan’ dan Obsesi Kehidupan Seniman


POKER88Pertengahan Maret tahun lalu, saya dan Dokter Ibrahim Irawan mendatangi “barang antik” di Jalan Kosambi, kota Bandung Jawa Barat, yakni suatu toko yang pada era tahun 1960 – 1979 tidak jarang diserbu pengunjung khususnya jelang hari raya Idul Fitri. Toko dengan brand  ‘Prabu’ adalah*usaha dagang yang telah turun temurun sekitar tiga generasi, khusus memasarkan peralatan dan perangkat Sholat. Ada sejumlah testimonial yang unik dari Ellien Swadipura, generasi ketiga Toko Prabu. Salah satunya, berlangganannya VIP laksana mantan wakil Presiden Try Sutrisno dan musisi asal Bandung, Bimbo pada Toko Prabu.
Bimbo berlangganan melakukan pembelian barang berbagai perangkat sholat tergolong sajadah, peci dan beda sebagainya. Bahkan Bimbo yang terdiri dari tiga bersaudara yaitu Sam, Acil, Jaka, sempat datang ketiganya bersama belanja. “Tapi kami nggak kenali wajah mereka masa-masa kesatu-tama belanja. Kedua, ketiga kali kami kenali. Mereka melakukan pembelian barang saja, dan kami sekedar melayani. Kami nggak mengistimewakan, seperti seringkali orang dagang terhadap pelanggan, tanpa pembedaan,” kata Ellien pada ketika itu.

Bimbo sedang familiar pada era tahun 1970-an. Selain, kehadiran adik wanita mereka Iin Parlina, dengan lagu khas yang ‘nyambung’ dengan Prabu. Lagu-lagu Bimbo tidak saja sekedar kisah tentang cinta, namun liriknya pun bicara mengenai Tuhan. Pada tahun 1970 – 1980an, lagu ‘Tuhan’ paling bergema, dan tidak jarang*disenandungkan mulai kalangan remaja hingga orang tua. Pada masa-masa Bimbo datang berbelanja, melakukan pembelian barang sajadah, peci dan sekian banyak  perlengkapan Sholat, pas terdapat pelanggan lain. Dia bersenandung lagu ‘Tuhan’ sampai-sampai Ellien yang waktu tersebut masih remaja sempat terbawa keadaan*khusyuk Islami. Suasana berserah diri pada Yang Kuasa, kebulatan dan kerendahan hati terefleksi dari lirik lagu ‘Tuhan’ ciptaan Bimbo. “Kami malah baru merasakannya sekarang. Suasana nostalgia mungkin dapat muncul tiba-tiba,” kata Ellien.

Kebetulan tanpa sengaja, saya sempat temu dengan di antara personil Bimbo pada satu acara di Jakarta, yaitu Kang Acil. Saya sempat mengisahkan kembali empiris Ellien khususnya suasana melakukan pembelian barang perlengkapan Sholat di Toko Prabu. Dari pertemuan saya dengan Kang Acil, saya sempat ngobrol singkat tentang kehidupan musisi, antara dahulu dan masa kini. Ia pun merasa paling senang dengan testimonial sejumlah penggemarnya termasuk tentang lagu ‘Tuhan’. Baginya, lagu tersebut dibuat bukan guna menonjolkan keadaan Islami, tetapi universalisme. “Judulnya ‘Tuhan’ tanpa disertai, diperbanyak dengan Hadis. Sehingga lirik lagunya pun universal,” tegas Sam.

Kendatipun ia menilai bahwa lagu ‘Tuhan’ paling pas dengan keadaan Ramadhan. Karena dulu jelang Natal dan Tahun Baru, tidak jarang kali terdengung lagu-lagu laksana Jingle Bell, Silent Night. “Sekarang, dunia Islam pun punya lagu yang khusyuk. Lagu sebagai sarana Bahasa Agama, sama laksana ibadah yang mengetuk hati umat beragama,” kata Sam.    

POKERTEPERCAYA - Di sisi lain, Sam mengutarakan obsesinya terhadap kehidupan dan kesejahteraan semua musisi, seniman di hari tua. Ada pencipta lagu yang paling terkenal pada era tahun 1970-an, tapi melulu mendapatkan Rp 500.000 masing-masing tahun untuk hak ciptanya. Sementara seorang entertainer pada era YouTube dapat meraih milyaran rupiah. “Karena Jack Ma (pemilik e-commerce terbesar di Asia) sempat menebak bahwa toko elektronik bakal ditinggal, (konsumen) berpindah pada e-commerce. Dampaknya terhadap bisnis hiburan tergolong music, semua penggemar telah tidak beli televise lagi, tetapi memanfaatkan gadget,” kata Sam. 

Era YouTube akhirnya mengolah kehidupan semua musisi, seniman, entertainer. Era tahun 1970-an, ketika Bimbo merasakan booming, industry rekaman masih paling terbatas. Piringan hitam pada saat tersebut hanya dipunyai oleh radio dan orang-orang kaya. “Dari semua provinsi di Indonesia, (piringan hitam) melulu tersedia tidak cukup dari 1000 (seribu),” kata Sam saat didatangi di gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat.

Setelah itu, era kaset atau tape merasakan booming. Musisi dan biduan sebetulnya pada saat tersebut tidak tahu secara detail tentang ‘permainan’ industry rekaman di Indonesia. Ketika lagunya meledak, musisi dan biduan tidak tahu bagaimana ‘dapur’ produser khususnya kaitan dengan hak cipta. “Kami tidak tahu bagaimana sistem pembagian keuntungan. Produser beli hak cipta, (otomatis) semua hak musisi pindah (kepada produser). Sementara di luar negeri pada zaman dulu, tidak terdapat*sistem ‘jual beli putus’. Lagu tetap kepunyaan pencipta. Produser melulu punya hak edar. Tapi di Indonesia, pada zaman Bimbo, lagu tetap kepunyaan produser,” kata Sam.   

Sehingga ia menyatakan sempat berusaha mengatasi IDNPOKER pembajakan. Baginya, musisi dan seniman dapat terus berkreasi, berdendang sampai uzur namun tetap punya uang. Musisi sempat terkapar tidak mendapat royalty sebab tidak terdapat kesepakatan dengan produser. “Minimal, musisi dan seniman dapat menikmati royalty 25 tahun ke depan semenjak karyanya dijual. Misalkan lagu yang direkam tahun 1980, (royalty) tidak lepas hingga tahun 2005. Sehingga pencipta lagu dapat mewariskan untuk anak cucu,” kata Sam. (SL/IM)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arie Gumilar Labeli Ahok Residivis, Guntur Romli: Harus Dijatuhi Sanksi!

FAKTA TENTANG PAYUNG

SITUS AGEN JUDI ONLINE BANGSA POKER | METODE INTEROGASI YANG DILARANG PENGGUNANNYA